MAKALAH PENDEKATAN TRADISIONAL
Saturday, January 2, 2016
AMINEF
Labels:
American Indonesian Exchange Foundation,
Amerika,
Aminef,
belajar,
esri,
Gambar,
Indonesia,
Kelompok,
makalah,
mengajar,
pendekatan,
semangaattt,
sukses
Friday, November 27, 2015
Makalah Pendekatan Tradisional
PENDEKATAN TRADISIONAL
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Model Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia SD
Dosen
Pengampu : M. Ichsan, M.Pd.
Disusun
Oleh :
Awih Fartianingsih (H.1310219)
Nur Esri Fauziah (H.1310608)
Nurul Alfin Suciawati (H.1310)
Dian Tri Anggraeni (H.1310674)
Puspitasari (H.1310685)
M. Ramdoni (H.1311002)
Wina Gusmayanti (H.1310162)
Rahayu Herliani (H.1310024)
Nira Rizki Amalia (H.1310079)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
DJUANDA BOGOR
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan berbagai
nikmat kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjugan
kita Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugasini.
Tugas ini kami buat sebagai salah satu syarat dalam penilaian mata kuliah Model
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD.
Kami ucapkan terimakasih
kepada :
1.
Kedua orang tua kami yang selalu
memberikan Do’a.
2.
Dosen mata kuliah, Bapak M. Ichsan, M.Pd.
3.
Rekan
– rekan yang telah membantu.
Kami
menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami
harapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang.
Ciawi, 21 Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................. 3
A. Pengertian Pendekatan................................................................ 3
B. Pengertian
Tradisional................................................................. 5
C. Pendekatan Tradisional............................................................... 7
D. Penerapan Pendekatan Tradisional
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 8
BAB
III : PENUTUP..................................................................................... 11
Simpulan.......................................................................................................... 11
Saran................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Proses belajar mengajar di sekolah
baik SD, SMP, maupun SMA masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi
oleh peran dan kegiatan guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar dari
pada peserta didiknya. Peserta didikhanya mendengarkan penjelasan yang guru
sampaikan. Peserta didik cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa
dan konsep mengenai materi fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan
peserta didik pun lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika. Dalam
kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid
yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari
guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antaraguru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat
interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak
membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga
menjadimenyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa
bersahabat dengan guru yang mengajar. Pendidik yang memandang anak didik
sebagai pribadi yang berbeda deng anak didik lainnya, akan berbeda dengan
pendidik yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada
perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam
menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan
memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala perbedaannya
sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
pendekatan?
2. Apa yang dimaksud dengan
tradisional?
3. Apa yang dimaksud dengan
pendekatan tradisional?
4. Bagaimana sintak pembelajaran
melalui pendektan tradisional?
5. Bagaimana pembelajaran Bahasa
Indonesia menggunakan pendekatan tradisional?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian
pendekatan tradisional
2. Untuk mengetahui penerapan
pendekatan tradisional dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan
Yang
dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami
agama. Dalam hubungan ini Jamaluddin Rakhmat mengatakan bahwa agama dapat
diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma realitas agama yang diungkapkan
mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Oleh karena itu,
tidak ada persoalaan apakah penelitian agama itu, penelitian ilmu sosial,
penelitian legalisti, atau penelitian filosofis.
Adapun
pendekatan doktriner - atau pendekatan studi islam secara konvensional
merupakan pendekatan studi di kalangan umat islam yang berlangsung – adalah
bahwa agama islam sebagai obyek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan
merupakan doktrin-doktrin yang berasal dari ilahi yang mempunyai nilai
(kebenaran) absolute, mutlak, dan universal. Pendekatan doktriner tersebut juga
berasumsi bahwa ajaran islam yang sebenarnya adalah ajaran islam yang
berkembang pada masa salaf, yang menimbulkan berbagai madzhab keagamaan, baik
teologis maupun hukum-hukum atau fiqih, yang kemudian dianggap sebagai
doktrin-doktrin yang tetap dan baku.
Sesudah masa itu, studi islam berlangsung secara doktriner, sehingga ajaran
islam menjadi bersifat permanent, yang pada akhirnya menjadi tampak sebagai
ketinggalan zaman.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang
memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bngung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah : (1) Pendekatan pembelajaran,
(2) Strategi pembelajaran, (3) Metode pembelajaran, (4) Teknik pembelajara, (5)
Taktik pembelajaran, dan (6) Model pembelajaran. Berkut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang
penggunanaan istilah tersebut
Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai
itik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu : (1) Pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) Pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
selanjutnya diturunkan kedalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) megemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha,
yaitu :
1.
Mengidentifikasi dan menetapka spesifikasi dan
kualifikasi hasil (output) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan
mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama
(Basic way) yang paling efektif utuk mencapai ssaran.
3.
Mempertimbangkan dn menetapkan langkah-langkah (steps)
yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan
atokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam
kontek pembelajaran, keempat unsur tesebut adalah :
1.
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan
pembelajaran yakni perubahan perilaku dan pribadi peserta didik.
2.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan
pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.
Mempertimangkan dan menetapkan langkah-langkah atau
prosedur, metodedan teknik pembelajaran.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran
keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
B. Pengertian Tradisional
Tradisi (Bahasa Latin: traditio,
“diteruskan”) atau kebiasaan,
dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang
sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Dalam pengertian lain tradisi adalah
adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di
masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara-cara
yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk menyelesaikan
persoalan. Biasanya sebuah tradisi
tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif
lain. Misalnya dalam acara tertentu masyarakat sangat menggemari kesenian rabab.Rabab sebagai sebuah
seni yang sangat digemari oleh anggota masyarakat karena belum ada alternatif
untuk menggantikannya disaat itu. Tapi kerena desakan kemajun dibidang kesenian
yang didukung oleh kemajuan teknologi maka bermunculanlah berbagai jenis seni
musik. Dewasa ini kita sudah mulai melihat bahwa generasi muda sekarang sudah banyak
yang tidak lagi mengenal kesenian rabab. Mereka lebih suka seni musik dangdut
misalnya.
Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan.
Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan
tradisi hubungan antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan
tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Bila tradisi dihilangkan maka ada
harapan suatu kebudayaan akan berakhir disaat itu juga. Setiap sesuatu menjadi
tradisi biasanya telah teruji tingkat efektifitas dan tingkat efesiensinya.
Efektifitas dan efesiensinya selalu ter- up
date mengikuti perjalanan
perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam
menyelesaikan persoalan kalau tingkat efektifitasnya dan efesiensinya rendah
akan segera ditinggalkan pelakunya dan tidak akan pernah menjelma menjadi
sebuah tradisi. Tentu saja sebuah tradisi akan pas dan cocok sesuai situasi dan
kondisi masyarakat pewarisnya.
Selanjutnya dari konsep tradisi akan lahir
istilah tradisional.
Tradisional merupakan sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam
masyarakat. Didalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak
yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai dan norma yang belaku
dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap tindakan dalam menyelesaikan
persoalan berdasarkan tradisi.
Seseorang akan merasa yakin bahwa suatu
tindakannya adalah betul dan baik, bila dia bertindak atau mengambil keputusan
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Dan sebaliknya, dia akan merasakan
bahwa tindakannya salah atau keliru atau tidak akan dihargai oleh masyarakat
bila ia berbuat diluar tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya.
Disamping itu berdasarkan pengalaman (kebiasaan)nya dia akan tahu persis mana
yang menguntungkan dan mana yang tidak. Di manapun masyarakatnya tindakan
cerdas atau kecerdikan seseorang bertitik tolak pada tradisi masyarakatnya.
Dari uraian diatas akan dapat dipahami bahwa
sikap tradisional adalah bahagian terpenting dalam sitem tranformasi nilai-nilai kebudayaan. Kita harus
menyadari bahwa warga masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari genersi
kegenerasi selanjutnya secara dinamis. Artinya proses pewarisan kebudayaan
merupakan interaksi langsung (berupa pendidikan) dari generasi tua kepada
generasi muda berdasarkan nilai dan norma yang berlaku. Proses pendidikan
sebagai proses sosialisasi, semenjak bayi anak belajar minum asi, anak belajar
tingkah laku kelompok dengan tetangga dan di sekolah. Anak menyesuaikan diri
dengan nilai dan norma dalam masyarakat dan sebagainya.
C.
Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional adalah istilah yang dipergunakan
untuk mengacu pada penyelenggaraan (baca: perencanaan dan pelaksanaan) tes
bahasa yang cenderung mengadopsi prinsip bahwa tes bahasa dititikberatkan pada tes tatabahasa dan
terjemahan. Latar belakangnya adalah adanya pengaruh mainstream pengajaran
bahasa yang dikenal dengan sebutan
metode tatabahasa-terjemahan (grammar translation method). Metode ini,
seperti yang dikemukakan oleh Richards dan Rogers (1988:3-4), memiliki
prinsip-prinsip pengajaran antara lain: (a) mempelajari bahasa asing adalah
mempelajari bahasa dengan tujuan agar
dapat membaca kesusasteraannya; (b) membaca dan menulis adalah fokus utama
pengajaran, © ketepatan dalam penerjemahan sangat ditekankan, dan (d)
tatabahasa harus diajarkan secara deduktif, yakni beranjak dari kaidah-kaidah
lalu menuju pada contoh-contoh ilustrasinya.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka
pendekatan tes bahasa yang berkembang
pada saat itu mengisyaratkan pemakaian
karya sastra. Karya sastra dalam hal ini dianggap merupakan pemakaian bahasa
yang ideal dari penuturnya sehingga
evaluasi terhadap penguasaan bahasa seseorang dengan menggunakan tes
bahasa dilakukan dengan menggunakan teks karya sastra. Kemudian bentuk tes
bahasa yang dikembangkan adalah
penerjemahan dan atau penulisan esai. Dalam perkembangannya, tes bahasa
dengan prinsip-prinsip, model, dan karakter seperti ini disebut pendekatan esai
dan terjemahan.
Selain terjemahan dan penulisan esai, pada
tes bahasa model ini terdapat juga bentuk tes tatabahasa yang memuat
pertanyaan-pertanyaan tentang bahasa dan bukan tentang penggunaan bahasa.
Urgensi keberadaan tes tatabahasa ini di dalam pendekatan esai terjemahan
adalah untuk menunjang kemampuan testi dalam keakuratannya penerjemahan teks
karya sastra dan penulisan esai.
Pengembangan model tes bahasa yang disebut
dengan pendekatan esai terjemahan
itu, oleh Spolsky (1978;1981) dinamai Pendekatan Tradisional, oleh
Masden (1983) disebut sedang berada dalam tahap intuitif, atau periode
pra-ilmiah menurut Hinofotis (1981). Ada beberapa alasan yang diajukan
berkaitan dengan penamaan “tradisional” dan bersifat “intuitif”, serta
“pra-ilmiah” itu. Pertama, pada perkembangan
awal ini tes bahasa diselenggarakan tanpa berdasarkan pada teori linguistik dan
psikologi tertentu. Tes bahasa hanya mengacu pada model pengajaran tatabahasa terjemahan yang
juga tidak memiliki dasar linguistik dan psikologi. Kedua, tidak ada upaya dari para guru bahasa untuk
memenuhi kriteria reliabilitas dan objektivitas suatu tes bahasa. Selain
itu, juga tidak digunakan metode-metode
statistik parametrik untuk pengolahan hasil-hasil tesnya. Ketiga, pendekatan
ini ditandai dengan model pemikiran yang intuitif, otoriter dan elitis (lihat
juga van Els, dkk). Hal ini tampak dalam penilaian terhadap performansi testi
yang hanya mengandalkan pada
subjektivitas satu orang, yakni guru. Kebenaran penilaian terhadap
performansi testi terletak sepenuhnya pada guru yang mengajar bahasa tersebut.
Sebab asumsinya adalah siapa saja yang mengajar bahasa dianggap mampu
menyelenggarakan tes bahasa, termasuk di dalamnya merancang dan membuat
tes, melaksanakan tes, dan
menilai hasil tes.
D.
Penerapan Pendekatan Tradisional dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD
Ø Pembelajaran Tradisional (Traditional
Learning)
Teacher-centered
approach
adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar pada pandangan bahwa
mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan (Smith, dalam Sanjaya,
2008: 96). Cara pandang bahwa pembelajaran (mengajar) sebagai proses
menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan ini memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:
a.
Memakai pendekatan berpusat pada guru atau teacher-centered approach. Dalam Teacher
Centered Approach gurulah yang harus
menjadi pusat dalam pembelajaran.
Dalam Teacher Centered Approach, guru
memegang peran sangat penting.
Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswa, apa yang harus dikuasai siswa, semua tergantung guru. Bahkan seorang guru di Teacher Centered
Approach memiliki hak legalitas keabsahan pengetahuan (yang benar itu seperti yang dikatakan guru). Oleh karena
begitu pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada
guru, dan tak mungkin ada pembelajaran apabila tidak ada guru.
Sehubungan dengan pembelajaran yang
berpusat pada guru, minimal ada tiga peran
utama yang harus dilakukan guru, yaitu: guru sebagai perencana; sebagai
penyampai informasi; dan sebagai evaluator.
b.
Siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum
memahami apa yang harus dipahami, sehingga
dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa
adalah sebagai penerima informasi
yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan kadang tidak
mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang
menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai
objek belajar, kesempatan siswa untuk
mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar
sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses pembelajaran
segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
c.
Kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu
tertentu. Misalnya dengan penjadwalan yang ketat, siswa hanya belajar manakala
ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Adanya
tempat yang telah ditentukan, sering pengajaran terjadi sangat formal, siswa
duduk di bangku berjejer, dan guru
didepan kelas. Demikian juga hanya dalam waktu yang diatur sangat ketat.
Misalnya manakala waktu belajar satu materi tertentu telah habis, maka segera
siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Cara mengajarinya pun seperti
bagian-bagian yang terpisah, seakan-akan tak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu dengan lainnya.
d.
Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran
diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan
guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang
bersumber dari materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Sedangkan mata pelajaran
itu sendiri merupakan pengelaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun
secara sistematis dan logis,
kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu harus
dikuasai siswa. Kadang-kadang siswa tidak perlu memahami apa gunanya
mempelajari bahan tersebut. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh
penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.
e.
Metode ini sudah berlangsung sejak dahulu
hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Metode
ini menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan
waktu penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar/mahasiswa
dan pengajar/dosen. Pendekatan atau model
pembelajaran tradisional cenderung berasumsi bahwa siswa memiliki kebutuhan
yang sama, dan belajar dengan cara yang sama pada waktu yang sama, dalam ruang
kelas yang tenang, dengan kegiatan materi pelajaran yang terstruktur secara
ketat dan didominasi oleh guru. Padahal, pendekatan atau pembelajaran
tradisional rasanya sukar untuk mencapai tujuan pendidikan. Model pembelajaran
tradisional yang sekarang banyak diterapkan, cenderung kurang memperhatikan
kelangsungan pengalaman siswa yang diperoleh dalam kehidupan keluarganya. Hal
seperti ini bertentangan dengan karakter usia sekolah dasar. Siswa sekolah
dasar masih mendambakan berlangsungnya pengalaman di lingkungan keluarga dapat
dialami pula di sekolah.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Metode pendekatan tradisional sudah berlangsung
sejak dahulu hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan
pembelajaran. Pendekatan tradisional ini menghadapi
kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu
penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar.
B. Saran
Kita adalah mahasiswa
yang sekaligus calon penerus bangsa, di anjurkan untuk bisa menguasai apa saja dimaksud dengan pendekatan
tradisional, bagaimana sintak pembelajaran melalui pendekatan tradisional dan
Bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan tradisional.
Guna menjadikan anak didik kita lebih berkembang lagi dalam materi yang di ajarkan
dan lebih bisa menguasai Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional
Sumber : http://dedi26.blogspot.co.id/2013/07/perbedaan-pembelajaran-kontekstual.html
Labels:
einstein,
esri,
mahasiswa,
makalah,
makalah kelompok,
model pembelajaran bahasa dan sastra indonesia sd,
pendekatan,
semangaattt.,
sukses,
tradisional
Subscribe to:
Comments (Atom)
