Friday, November 27, 2015

Makalah Pendekatan Tradisional

PENDEKATAN TRADISIONAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD

Dosen Pengampu : M. Ichsan, M.Pd.









                                                          Disusun Oleh :
Awih Fartianingsih                             (H.1310219)
Nur Esri Fauziah                                 (H.1310608)
Nurul Alfin Suciawati                         (H.1310)
Dian Tri Anggraeni                             (H.1310674)
Puspitasari                                           (H.1310685)
M. Ramdoni                                        (H.1311002)
Wina Gusmayanti                               (H.1310162)
Rahayu Herliani                                  (H.1310024)
Nira Rizki Amalia                               (H.1310079)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR

2015




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan berbagai nikmat kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjugan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugasini.
Tugas ini kami buat sebagai salah satu syarat dalam penilaian mata kuliah Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD.
Kami ucapkan terimakasih kepada :
1.      Kedua orang tua kami yang selalu memberikan Do’a.
2.      Dosen mata kuliah, Bapak M. Ichsan, M.Pd.
3.      Rekan – rekan yang telah membantu.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami harapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang.



Ciawi, 21 Oktober 2015

Penyusun


                                                   

                                                   
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.    Latar Belakang .......................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................... 1
C.    Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................. 3
A.    Pengertian Pendekatan................................................................ 3
B.     Pengertian Tradisional................................................................. 5
C.    Pendekatan Tradisional............................................................... 7
D.    Penerapan Pendekatan Tradisional dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD           8
BAB III : PENUTUP..................................................................................... 11
Simpulan.......................................................................................................... 11
Saran................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12






 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses belajar mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar dari pada peserta didiknya. Peserta didikhanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika. Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antaraguru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadimenyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar. Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda deng anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.

A.    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan?
2.      Apa yang dimaksud dengan tradisional?
3.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan tradisional?
4.      Bagaimana sintak pembelajaran melalui pendektan tradisional?
5.      Bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan tradisional? 

B.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian pendekatan tradisional
2.  Untuk mengetahui penerapan pendekatan tradisional dalam pembelajaran Bahasa Indonesia





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendekatan
Yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini Jamaluddin Rakhmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma realitas agama yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Oleh karena itu, tidak ada persoalaan apakah penelitian agama itu, penelitian ilmu sosial, penelitian legalisti, atau penelitian filosofis.
Adapun pendekatan doktriner - atau pendekatan studi islam secara konvensional merupakan pendekatan studi di kalangan umat islam yang berlangsung – adalah bahwa agama islam sebagai obyek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan merupakan doktrin-doktrin yang berasal dari ilahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolute, mutlak, dan universal. Pendekatan doktriner tersebut juga berasumsi bahwa ajaran islam yang sebenarnya adalah ajaran islam yang berkembang pada masa salaf, yang menimbulkan berbagai madzhab keagamaan, baik teologis maupun hukum-hukum atau fiqih, yang kemudian dianggap sebagai doktrin-doktrin yang tetap dan baku. Sesudah masa itu, studi islam berlangsung secara doktriner, sehingga ajaran islam menjadi bersifat permanent, yang pada akhirnya menjadi tampak sebagai ketinggalan zaman.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bngung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah : (1) Pendekatan pembelajaran, (2) Strategi pembelajaran, (3) Metode pembelajaran, (4) Teknik pembelajara, (5) Taktik pembelajaran, dan (6) Model pembelajaran. Berkut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang penggunanaan istilah tersebut
Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai itik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu : (1) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan kedalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) megemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1.    Mengidentifikasi dan menetapka spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.    Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (Basic way) yang paling efektif utuk mencapai ssaran.
3.    Mempertimbangkan dn menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.    Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan atokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam kontek pembelajaran, keempat unsur tesebut adalah :
1.    Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan perilaku dan pribadi peserta didik.
2.    Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.    Mempertimangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metodedan teknik pembelajaran.
4.    Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

B.     Pengertian Tradisional
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. 
Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan.        Biasanya sebuah tradisi tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain. Misalnya dalam acara tertentu masyarakat sangat menggemari kesenian rabab.Rabab sebagai sebuah seni yang sangat digemari oleh anggota masyarakat karena belum ada alternatif untuk menggantikannya disaat itu. Tapi kerena desakan kemajun dibidang kesenian yang didukung oleh kemajuan teknologi maka bermunculanlah berbagai jenis seni musik. Dewasa ini kita sudah mulai melihat bahwa generasi muda sekarang sudah banyak yang tidak lagi mengenal kesenian rabab. Mereka lebih suka seni musik dangdut misalnya.
Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan tradisi hubungan antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Bila tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir disaat itu juga. Setiap sesuatu menjadi tradisi biasanya telah teruji tingkat efektifitas dan tingkat efesiensinya. Efektifitas dan efesiensinya selalu ter- up date mengikuti perjalanan perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam menyelesaikan persoalan kalau tingkat efektifitasnya dan efesiensinya rendah akan segera ditinggalkan pelakunya dan tidak akan pernah menjelma menjadi sebuah tradisi. Tentu saja sebuah tradisi akan pas dan cocok sesuai situasi dan kondisi masyarakat pewarisnya.
Selanjutnya dari konsep tradisi akan lahir istilah tradisional. Tradisional merupakan sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam masyarakat. Didalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai dan norma yang belaku dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap tindakan dalam menyelesaikan persoalan berdasarkan tradisi.
Seseorang akan merasa yakin bahwa suatu tindakannya adalah betul dan baik, bila dia bertindak atau mengambil keputusan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Dan sebaliknya, dia akan merasakan bahwa tindakannya salah atau keliru atau tidak akan dihargai oleh masyarakat bila ia berbuat diluar tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Disamping itu berdasarkan pengalaman (kebiasaan)nya dia akan tahu persis mana yang menguntungkan dan mana yang tidak. Di manapun masyarakatnya tindakan cerdas atau kecerdikan seseorang bertitik tolak pada tradisi masyarakatnya.
Dari uraian diatas akan dapat dipahami bahwa sikap tradisional adalah bahagian terpenting dalam sitem tranformasi nilai-nilai kebudayaan. Kita harus menyadari bahwa warga masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari genersi kegenerasi selanjutnya secara dinamis. Artinya proses pewarisan kebudayaan merupakan interaksi langsung (berupa pendidikan) dari generasi tua kepada generasi muda berdasarkan nilai dan norma yang berlaku. Proses pendidikan sebagai proses sosialisasi, semenjak bayi anak belajar minum asi, anak belajar tingkah laku kelompok dengan tetangga dan di sekolah. Anak menyesuaikan diri dengan nilai dan norma dalam masyarakat dan sebagainya.



C.    Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional adalah istilah yang dipergunakan untuk mengacu pada penyelenggaraan (baca: perencanaan dan pelaksanaan) tes bahasa yang cenderung mengadopsi prinsip bahwa tes bahasa  dititikberatkan pada tes tatabahasa dan terjemahan.  Latar belakangnya  adalah adanya pengaruh mainstream pengajaran bahasa yang  dikenal dengan sebutan metode tatabahasa-terjemahan (grammar translation method). Metode ini, seperti yang dikemukakan oleh Richards dan Rogers (1988:3-4), memiliki prinsip-prinsip pengajaran antara lain: (a) mempelajari bahasa asing adalah mempelajari   bahasa dengan tujuan agar dapat membaca kesusasteraannya; (b) membaca dan menulis adalah fokus utama pengajaran, © ketepatan dalam penerjemahan sangat ditekankan, dan (d) tatabahasa harus diajarkan secara deduktif, yakni beranjak dari kaidah-kaidah lalu menuju pada contoh-contoh ilustrasinya.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka pendekatan  tes bahasa yang berkembang pada saat itu  mengisyaratkan pemakaian karya sastra. Karya sastra dalam hal ini dianggap merupakan pemakaian bahasa yang ideal dari penuturnya sehingga  evaluasi terhadap penguasaan bahasa seseorang dengan menggunakan tes bahasa dilakukan dengan menggunakan teks karya sastra. Kemudian bentuk tes bahasa yang dikembangkan adalah  penerjemahan dan atau penulisan esai. Dalam perkembangannya, tes bahasa dengan prinsip-prinsip, model, dan karakter seperti ini disebut pendekatan esai dan  terjemahan.
Selain terjemahan dan penulisan esai, pada tes bahasa model ini terdapat juga bentuk tes tatabahasa yang memuat pertanyaan-pertanyaan tentang bahasa dan bukan tentang penggunaan bahasa. Urgensi keberadaan tes tatabahasa ini di dalam pendekatan esai terjemahan adalah untuk menunjang kemampuan testi dalam keakuratannya penerjemahan teks karya sastra dan penulisan esai.
Pengembangan model tes bahasa yang disebut dengan pendekatan esai terjemahan itu, oleh Spolsky (1978;1981) dinamai Pendekatan Tradisional, oleh Masden (1983) disebut sedang berada dalam tahap intuitif, atau periode pra-ilmiah menurut Hinofotis (1981). Ada beberapa alasan yang diajukan berkaitan dengan penamaan “tradisional” dan bersifat “intuitif”, serta “pra-ilmiah”  itu. Pertama, pada perkembangan awal ini tes bahasa diselenggarakan tanpa berdasarkan pada teori linguistik dan psikologi tertentu. Tes bahasa hanya mengacu pada  model pengajaran tatabahasa terjemahan yang juga tidak memiliki dasar linguistik dan psikologi. Kedua,   tidak ada upaya dari para guru bahasa untuk memenuhi kriteria reliabilitas dan objektivitas suatu tes bahasa. Selain itu,  juga tidak digunakan metode-metode statistik parametrik untuk pengolahan hasil-hasil tesnya. Ketiga, pendekatan ini ditandai dengan model pemikiran yang intuitif, otoriter dan elitis (lihat juga van Els, dkk). Hal ini tampak dalam penilaian terhadap performansi testi yang hanya mengandalkan pada subjektivitas satu orang, yakni guru. Kebenaran penilaian terhadap performansi testi terletak sepenuhnya pada guru yang mengajar bahasa tersebut. Sebab asumsinya adalah siapa saja yang mengajar bahasa dianggap mampu menyelenggarakan tes bahasa, termasuk di dalamnya merancang dan  membuat  tes, melaksanakan tes,  dan menilai hasil tes.
D.    Penerapan Pendekatan Tradisional dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Ø  Pembelajaran Tradisional (Traditional Learning)
Teacher-centered approach adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan (Smith, dalam Sanjaya, 2008: 96). Cara pandang bahwa pembelajaran (mengajar) sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
a.       Memakai pendekatan berpusat pada guru atau teacher-centered approach.       Dalam Teacher Centered Approach gurulah yang harus menjadi pusat dalam     pembelajaran. Dalam Teacher Centered Approach, guru memegang peran         sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswa, apa yang harus dikuasai siswa, semua tergantung guru. Bahkan seorang guru di Teacher     Centered Approach memiliki hak legalitas keabsahan pengetahuan (yang   benar itu seperti yang dikatakan guru). Oleh karena begitu pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tak mungkin ada pembelajaran apabila tidak ada guru.
Sehubungan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, minimal ada tiga        peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu: guru sebagai perencana; sebagai penyampai informasi; dan sebagai evaluator.
b.      Siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus dipahami,      sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima       informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan kadang tidak mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses pembelajaran segalanya diatur           dan ditentukan oleh guru.
c.       Kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Misalnya dengan penjadwalan yang ketat, siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Adanya tempat yang telah ditentukan, sering pengajaran terjadi sangat formal, siswa duduk di   bangku berjejer, dan guru didepan kelas. Demikian juga hanya dalam waktu yang diatur sangat ketat. Misalnya manakala waktu belajar satu materi tertentu telah habis, maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Cara mengajarinya pun seperti bagian-bagian yang terpisah, seakan-akan tak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu dengan lainnya.

d.      Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu  sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri merupakan pengelaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis          dan logis, kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu harus dikuasai siswa. Kadang-kadang siswa tidak perlu memahami apa gunanya mempelajari bahan tersebut. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang            digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.
e.       Metode ini sudah berlangsung sejak dahulu hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Metode ini menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar/mahasiswa dan pengajar/dosen. Pendekatan atau model pembelajaran tradisional cenderung berasumsi bahwa siswa memiliki kebutuhan yang sama, dan belajar dengan cara yang sama pada waktu yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi pelajaran yang terstruktur secara ketat dan didominasi oleh guru. Padahal, pendekatan atau pembelajaran tradisional rasanya sukar untuk mencapai tujuan pendidikan. Model pembelajaran tradisional yang sekarang banyak diterapkan, cenderung kurang memperhatikan kelangsungan pengalaman siswa yang diperoleh dalam kehidupan keluarganya. Hal seperti ini bertentangan dengan karakter usia sekolah dasar. Siswa sekolah dasar masih mendambakan berlangsungnya pengalaman di lingkungan keluarga dapat dialami pula di sekolah.



BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Metode pendekatan tradisional sudah berlangsung sejak dahulu hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Pendekatan tradisional ini menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar.
B.     Saran
Kita adalah mahasiswa yang sekaligus calon penerus bangsa, di anjurkan untuk bisa menguasai apa saja dimaksud dengan pendekatan tradisional, bagaimana sintak pembelajaran melalui pendekatan tradisional dan Bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan tradisional. Guna menjadikan anak didik kita lebih berkembang lagi dalam materi yang di ajarkan dan lebih bisa menguasai Bahasa Indonesia.

  

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional
Sumber : http://dedi26.blogspot.co.id/2013/07/perbedaan-pembelajaran-kontekstual.html